Di antara hakikat iman kepada Allah adalah mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya hingga mencapai derajat keyakinan. Sejauh mana seseorang mengenal Rabb-nya, sejauh itu pula kadar imannya. Semakin dalam ia mengenal nama dan sifat-sifat-Nya, semakin bertambah pula pengenalannya terhadap Rabb-nya dan semakin kuat imannya. Dan sebaliknya, jika pengenalan itu berkurang, maka imannya pun ikut berkurang. [1]
Dalam tulisan ini, kita akan bersama-sama mengenal salah satu nama Allah yang agung, yaitu Al-Quddus. Nama ini sarat dengan makna kesucian dan keagungan, serta mengandung pelajaran penting bagi setiap hamba dalam menapaki jalan iman. Semoga pembahasan ini menjadi sebab bertambahnya keyakinan dan kecintaan kita kepada Allah Ta‘ala.
Dalil nama Allah “Al-Quddus”
Nama Allah Al-Quddus merupakan salah satu dari nama-nama-Nya yang agung, yang ditetapkan langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an dan disebut pula dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nama ini muncul dua kali dalam Al-Qur’an:
Pertama: dalam surah Al-Hasyr ayat 23,
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ
“Dialah Allah, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Dia, Raja, Yang Maha Suci (Al-Quddus) … ”
Kedua: dalam surah Al-Jumu’ah ayat 1,
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيم
“Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan di bumi, Raja, Yang Maha Suci (Al-Quddus), Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” [2]
Selain itu, nama Al-Quddus juga disebut dalam sunah. Dalam hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca dalam rukuk dan sujudnya,
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ المَلَائِكَةِ والرُّوحِ
“Subbūḥun Quddūsun, Rabb para malaikat dan Ar-Rūḥ (Jibril).” (HR. Muslim no. 487)
Dalam hadis Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai witir membaca,
سُبحانَ الملِكِ القدُّوس
“Subḥānal-Maliki al-Quddūs” tiga kali, dan mengeraskan suaranya pada yang ketiga. (HR. An-Nasa’i no. 10503, dan disahihkan oleh Al-Albani) [3]
Kandungan makna nama Allah “Al-Quddus”
Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Quddus” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Al-Quddus”
Al-Quddūs merupakan bentuk mubālaghah (penegasan makna yang kuat), berasal dari kata taqaddasa-llāh ( تَقَدسَّ اللَّهُ ) yang berarti “Maha Suci Allah”. [4]
Nama ini (Al-Quddūs) berasal dari kata al-quds yang memiliki dua makna secara bahasa:
Pertama: thahārah (kesucian atau kebersihan). [5]
Kedua: barakah (keberkahan, yaitu kebaikan yang banyak dan terus menerus). [6]
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,
وَقَوْلُهُ: {الْقُدُّوسُ} قَالَ وَهْبُ بْنُ مُنَبِّهٍ: أَيِ الطَّاهِرُ. وَقَالَ مُجَاهِدٌ وَقَتَادَةُ: أَيِ الْمُبَارَكُ
“Dan firman-Nya, {Al-Quddūs}, Wahb bin Munabbih berkata, ‘Artinya adalah ath-thaahir (Yang Maha Suci).’ Mujahid dan Qatadah berkata, ‘Artinya adalah al-mubaarak (Yang Maha Berkah).’” [7]
Makna “Al-Quddus” dalam konteks Allah
Al-Baihaqi rahimahullah berkata,
القُدُوس هو الطّاهر من العُيوب، المنزّه عن الأولاد والأنْداد، وهذه صفةٌ يَسْتحقّها بذاته
“Al-Quddūs adalah Zat yang suci dari segala kekurangan, yang disucikan dari memiliki anak dan tandingan. Ini adalah sifat yang layak bagi-Nya secara zat.” [8]
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya,
وَهُوَ {الْقُدُّوسِ} أَيِ: الْمُنَزَّهِ عَنِ النَّقَائِصِ، الْمَوْصُوفِ بِصِفَاتِ الْكَمَالِ
“Al-Quddūs artinya Zat yang disucikan dari segala kekurangan dan disifati dengan seluruh sifat kesempurnaan.” [9]
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si‘di rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan,
“Al-Quddūs dan As-Salām berarti Zat yang diagungkan dan disucikan dari semua sifat kekurangan, dan tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya. Dia suci dari segala kekurangan, dan suci dari kemungkinan ada yang mendekati atau menyerupai-Nya dalam sisi kesempurnaan. Firman-Nya (yang artinya),
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.” (QS. Asy-Syūra: 11);
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlāṣ: 4);
“Apakah engkau mengetahui ada yang menyamai-Nya?” (QS. Maryam: 65);
“Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.” (QS. Al-Baqarah: 22)
Nama Al-Quddūs, seperti halnya As-Salām, menunjukkan penafian terhadap seluruh bentuk kekurangan dari segala sisi, dan sekaligus menetapkan kesempurnaan mutlak dari seluruh sisi. Sebab jika seluruh kekurangan telah dinafikan, maka otomatis kesempurnaan sepenuhnya telah ditetapkan.” [10]
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”
Konsekuensi dari nama Allah “Al-Quddus” bagi hamba
Penetapan nama “Al-Quddus” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekuensinya dari sisi hamba:
Mengimani bahwa “Al-Quddus” adalah salah satu dari nama Allah
Nama ini menunjukkan bahwa Allah Maha Suci dan disucikan dari segala kekurangan, cela, dan dari segala sesuatu yang tidak layak dengan keagungan, kesempurnaan, dan kemuliaan-Nya. Ia adalah Zat yang suci dari keserupaan dengan makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah,
ليس كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syūrā: 11) [11]
Menetapkan pujian dan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah
Perlu dipahami bahwa tasbih dan penyucian terhadap Allah tidak hanya berarti menafikan segala keburukan dan kekurangan dari-Nya, tetapi juga harus disertai dengan penetapan pujian dan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya sebagaimana layaknya.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
والأمر بتسبيحه يقتضي تنزيهه عن كل عيب وسوء، وإثبات المحامد التي يحمد عليها، فيقتضي ذلك تنزيهه وتحميده وتكبيره وتوحيده
“Perintah untuk bertasbih kepada-Nya mencakup makna menafikan dari setiap kekurangan dan keburukan, serta menetapkan segala pujian yang layak bagi-Nya. Maka hal itu menuntut adanya penyucian, pujian, pengagungan, dan penetapan tauhid untuk-Nya.” [12]
Banyak menyebut nama ini dalam rukuk dan sujud dan di akhir salat witir
Pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat suri teladan yang baik, yang selayaknya kita tiru. Beliau banyak menyebut nama ini dalam rukuk dan sujudnya. Dalam hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca dalam rukuk dan sujudnya,
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ المَلَائِكَةِ والرُّوحِ
“Subbūḥun Quddūsun, Rabb para malaikat dan ar-Rūḥ (Jibril).” (HR. Muslim no. 487)
Selain itu, beliau juga biasa menyebut nama ini di akhir salat witir beliau. Dalam hadis Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai witir membaca,
سُبحانَ الملِكِ القدُّوس
“Subḥānal-Maliki al-Quddūs” tiga kali, dan mengeraskan suaranya pada yang ketiga. (HR. An-Nasa’i no. 10503, dan disahihkan oleh Al-Albani) [13]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang mengagungkan-Nya, menyucikan-Nya, dan hidup dalam naungan tauhid yang bersih dari kesyirikan. Aamiin.
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-‘Adl”
***
Rumdin PPIA Sragen, 11 Zulqa’dah 1446
Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab
Artikel Muslim.or.id
Referensi utama:
Al-Badr, Abdur Razzaq. 2015. Fiqhul Asma’il Husna. Cet. ke-1. Mesir: Dar ‘Alamiyah.
An-Najdi, Muhammad Al-Hamud. An-Nahjul Asma fi Syarhil Asma’il Husna. Kuwait: Maktabah Imam Dzahabi.
Al-Misy‘ad, Mubarak Abdullah. At-Ta‘liq al-Asna ‘ala Manzhumat Asma’ Allah al-Husna li Ibni ‘Utsaimin wa Mukhtashariha. Cetakan Pertama. Dammam: Dar Ibn al-Jauzi, 1444.
Catatan kaki:
[1] Fiqhul Asma’il Husna, hal. 24.
[2] An-Nahj al-Asmā, hal. 81.
[3] At-Ta‘liq al-Asna ‘ala Manzhumat Asma’ Allah al-Husna, hal. 181.
[4] Al-Bayan fi Tasrif Mufradat al-Qur’an ‘ala Hamisy al-Mushaf al-Sharif, hal. 548.
[5] Maqāyīs al-Lughah, 63: 5; dan al-Miṣbaḥ al-Munīr, 2: 492.
[6] An-Nahj al-Asmā, hal. 80.
[7] Tafsir Ibnu Katsir, 8: 79.
[8] Al-I‘tiqād karya al-Baihaqi, dinukil dalam an-Nahj al-Asma, hal. 81.
[9] Tafsir Ibnu Katsir, 8: 115.
[10] Tafsir Taysīr al-Karīm ar-Raḥmān, hal. 946.
[11] An-Nahj al-Asma, hal. 82.
[12] Daqo-iqut Tafsir karya Ibnu Taimiyah, 5: 59; dinukil dari Fiqh al-Asma, hal. 224-225.
[13] Lihat An-Nahj al-Asma, hal. 83.
Lifestyle
Game News
Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.