Haji Wada’, yang secara harfiah berarti “haji perpisahan”, adalah satu-satunya ibadah haji yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selama hidupnya. Haji ini juga menjadi penanda perpisahan beliau dengan umat Islam, sebab tidak lama setelahnya, beliau wafat. Sejumlah tanda-tanda mendekatnya wafat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah tampak sebelum peristiwa besar ini terjadi.
Salah satu pertanda itu disebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, yang mengisahkan ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus sahabatnya, Mu’adz bin Jabal, ke negeri Yaman. Beliau bersabda:
“Wahai Mu’adz, sesungguhnya engkau mungkin tidak akan berjumpa denganku lagi setelah tahun ini. Bisa jadi engkau hanya akan melewati masjidku ini dan kuburanku ini.”
Mu’adz bin Jabal pun menangis karena merasa bahwa ini merupakan ucapan perpisahan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sangat dicintainya (HR. Ahmad).
Pada tahun yang sama, yaitu tahun kesepuluh Hijriah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam semakin memperbanyak ibadah dan menyibukkan diri dengan urusan akhirat. Salah satu contohnya adalah ketika bulan Ramadhan tiba. Dalam sebuah riwayat yang disebutkan oleh Imam An-Nasa’i, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaksanakan i’tikaf selama dua puluh hari penuh. Padahal di Ramadhan sebelumnya, beliau hanya melakukannya selama sepuluh hari terakhir. Beliau juga mulai mengurangi intensitas bertemu dan berbicara dengan orang-orang di sekitarnya, agar mereka mulai terbiasa dengan ketidakhadiran beliau kelak.
Satu lagi pertanda besar adalah perubahan dalam kebiasaan membaca Al-Qur’an bersama Malaikat Jibril. Di tahun-tahun sebelumnya, Jibril hanya mendengarkan bacaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam satu kali dalam bulan Ramadhan. Namun pada tahun itu, beliau didengarkan oleh Jibril sebanyak dua kali khatam.
Menjelang bulan Dzulhijjah di tahun yang sama, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersiap melaksanakan ibadah haji. Bersama para sahabat dan kaum Muslimin, jumlah jamaah haji saat itu diperkirakan mencapai ratusan ribu orang. Ibadah haji ini adalah satu-satunya haji yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sepanjang hidupnya, dan menjadi momen penting dalam sejarah umat Islam.
Perjalanan haji dimulai dari Madinah pada akhir bulan Dzulqa’dah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berangkat selepas waktu Dzuhur dan tiba di daerah Dzil Hulaifah menjelang Ashar. Di sana, beliau dan rombongan menunaikan shalat fardhu secara qashar, lalu mengenakan pakaian ihram. Perjalanan selanjutnya menuju Mekkah berlangsung selama delapan hari.
Sesampainya di Mekkah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam segera melaksanakan rangkaian ibadah haji, yaitu thawaf di Masjidil Haram, sa’i antara Bukit Shafa dan Marwa, kemudian menuju Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah untuk bermalam (mabit) di sana hingga fajar menyingsing. Setelah itu, beliau dan para jamaah melanjutkan perjalanan menuju Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf.
Di Padang Arafah, pada saat matahari telah tergelincir ke barat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan khutbah yang sangat menyentuh dan sarat pesan penting. Di akhir khutbahnya, beliau berkata:
“Kalian akan ditanya tentang diriku, maka apa jawaban kalian?”
Para sahabat menjawab: “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, dan memberi nasihat.”
Maka beliau mengangkat jari telunjuk ke langit lalu menunjukkannya ke arah para sahabat seraya berkata:
“Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah.” (HR. Muslim)
Keesokan harinya, ketika beliau melontar jumrah di Mina, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kembali menyampaikan khutbah. Dalam khutbah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tersebut, beliau bersabda:
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah suci, sebagaimana sucinya hari ini, di kota ini, dan di bulan ini. Sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian. Bukankah aku telah menyampaikan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, engkau telah menyampaikannya.”
Kemudian beliau melanjutkan:
“Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Sebab bisa jadi orang yang disampaikan lebih memahami daripada yang mendengar langsung. Janganlah kalian kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku, di mana sebagian dari kalian memenggal leher sebagian yang lain.”
Setelah menyelesaikan lempar jumrah, beliau mencukur rambutnya dan kembali ke Mekkah untuk melaksanakan thawaf ifadhah. Seusai melaksanakan shalat Dzuhur, beliau kembali ke Mina dan bermalam di sana.
Dalam khutbah berikutnya di Mina, beliau menekankan nilai persatuan dan persaudaraan antar umat Islam. Beliau bersabda:
“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu dan bapak kalian pun satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab, tidak pula bagi non-Arab atas orang Arab, tidak pula bagi yang berkulit merah atas yang berkulit hitam, dan tidak pula yang berkulit hitam atas yang berkulit merah, kecuali dengan takwa.”
Beliau kembali mengulangi pertanyaan, “Bukankah aku telah menyampaikan?”
Dan para sahabat menjawab dengan tegas, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menyampaikan.”
Ibadah haji ini diakhiri dengan thawaf wada’ pada hari Tasyrik ketiga. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kembali ke Madinah.
Haji ini disebut “Haji Wada’” karena dalam seluruh rangkaian khutbahnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berulang kali menekankan bahwa beliau telah menyampaikan risalah, memberikan nasihat, dan menunaikan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu, intensitas kedatangan Malaikat Jibril yang semakin sering dan sikap beliau yang lebih fokus pada ibadah menjadi tanda bahwa masa hidup beliau di dunia semakin mendekati akhir. Tiga bulan setelah pelaksanaan Haji Wada’, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat.
Haji Wada’ bukan hanya sekadar ibadah haji biasa, tetapi merupakan momen monumental yang memperlihatkan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya, dan menjadi penanda bahwa risalah Islam telah disempurnakan dan disampaikan secara utuh kepada umat manusia.
Lifestyle
Game News
Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.